An-Niscoffee Cub
Art. Book. Nature. Career. Coffee.
1.14.2016
Dialah orangnya
12.14.2015
Pembawa Indah
Berjalan pun tanpa menoleh
Sebab tatapan kosong masih merasuki
Jiwa tanpa makna dan hati tanpa harap
Siang pun tiba dengan membawa hangat
Sapaan pertama cukup membuat senyuman merekah
Ada selingan tawa bercampur tanya
Adalah dia yang mengawali catatan baru
Tak butuh beribu tanya untuk menjawab ungkapannya
Singkat saja namun cukup membuat lupa akan arti hampa
Senyuman kini yang merasuki hari-hari
Dimana raga pun terisi ribuan lorong yang bercelah warna-warni
Doa apa yang di panjatnya untukku
Hingga kini aku sering menoleh
Tatapan ku sering saja mengintainya
Dan lisan pun tak lelah menceritakanya
Kebahagiaan macam apa ini
Sampai aku tak lelah berucap syukur padaMu karena nya
Inginku menjaga setiap rasa yang selalu berubah menjadi semakin
Dengan meminta ridho Mu yang teramat berharga
Terimakasih atas skenerio indahMu
Yang selama ini hanya ada dalam delusi ku saja
Anganku tak lepas dari rangkaian sajak yang tertulis dari sang penyair
12.07.2015
Ada Kamu
10.09.2015
Pejamkan Matamu dan Dengarkan
Rindu itu lama tak bersua
9.30.2015
Kebahagiaan di harimu
Hari ini tepat sang fajar sebelum terbangun namun pagi sudah disebutkan
Tibalah hari dimana sosok manusia kecil tak bernama melihat jagat beberapa tahun silam lamanya
Merdu tangisan itu sudah berganti menjadi suara sang pemimpin
Jemari lembutnya dulu sudah berganti pula dengan tangan yang kokoh
Rengekan manja pun sudah berbuah kebijaksaan
Merasakan kehangatan dari tatapanya yang meski tajam
Dan bulan sabit menyerupai senyumnya pagi itu
Semoga namaku ada dalam bait doa nya tadi pagi
Setidaknya dia melihatku ketika membuka mata selepas matanya terpejam memohon harap
Api diatas lilin-lilin kecil itu tak lama hilang dalam hembusan doa yang dipanjat
Seketika senyuman itu menjadi makna indah dalam nyata
Bahagialah meski bersamaku itu mungkin jauh dari nalarmu dan hanya duduk disini melihatmu Tersenyum membuatku bahagia
Tetetes nya pun penuh dengan kesejukan
Sept 30,
9.26.2015
Hai Senja
Senja,
Apa ini doamu
Yang setiap malam kau lantunkan dengan hati tulusmu itu
Yang setiap kali sujudmu banjir air mata
Hadirku mungkin hanya benalu dalam setiap alunan hidupmu
Sebelum itu terjadi kau meninggalkan jejakmu dalam-dalam
Hingga setengah jiwaku kau ambil
Lantas kau bawa kemana?
Senja,
Untuk siapa kau berjuang setelah ini
Kau gelisah bukan untukku
Kau berdoa bukan menyebut namaku
Akalku tak sanggup menafsirkan arti banyak makna dalam tingkahmu
Hati mana yang kau tuju?
Raga mana yang kau maksud?
Padahal hari-hari kita baru akan terukir
Seketika hilang bak ombak menghapus tulisan di atas pasir
Kita baik-baik saja bukan?
Senja,
Banyak kisah yang ingin ku ceritakan
Banyak tempat yang ingin ku kunjungi
Banyak film yang ingin ku lihat
Banyak teman yang ingin ku kenalkan
Banyak sajak yang ingin ku tulis
Itu semua dengan mu bersamamu untuk mu
Disini ku hanya bisa berucap dalam sujud setiap doaku
Niat baik tak selamanya akan baik
Aku tau itu
Hanya saja
Aku belajar bersyukur dan ikhlas
Sept 26,
9.17.2015
Akhir yang Entah
Perjalanan yang rumit
Tak tau akhir seperti apakah yang didapatkan
Hanya saja berharap sesuai doa disetiap sepertiga malamku
Sibukku hanya untuk kosongku
Setiap renungku kaset itu berputar dalam angan
Tak ada yang kusut
Semua tampak jelas adanya
Sajak anggun mu terlalu mudah dibaca hati
Sampai kunci hati itu terbuka
Ini bukan sajak
Namun mantra kejatuhan hati
Sudahi jika tak pasti
Jangan ada goresan
Sebelum harapan lautan menjadi bencana
Dan hujan air mata
Aku bukanlah aku
Hanya saja aku akan berusaha menjadi aku yang diinginkan
Tetaplah mengagumkan sampai nanti
Sampai akhir entah pasti
Sept 18,